3 Hal Tentang Moscow
5 Juni 2015. Saya terbangun pukul 05.30 di bunk bed Moscow
Home Hostel. Sepagi itu udah bangun, mungkin masih masa adaptasi, karena kalau
di Jakarta itu sudah pukul 09.30. Pagi itu handphone saya menunjukkan suhu 8
derajat Celcius. Agak siangan sekitar pukul 8, suhu sudah naik menjadi 12
derajat Celcius.
Pada saat sarapan di dapur hostel kami berkenalan dengan
Sergey dari Belarusia, Constantine dari Altai, dan Jafar dari Afganistan.
Mereka bertiga berbahasa Rusia, dan tidak seperti traveler yang sering kami
temui di backpacker hostel. Memang sejak tiba kami merasakan ada yang berbeda
dengan hostel ini, dimana sepertinya yang menginap juga ada orang yang bekerja,
tidak hanya traveler. Suasana pagi itu jadi seru dengan tiga laki-laki yang
mencoba berkomunikasi dengan tiga perempuan tanpa bahasa pemersatu. Kami tidak
bisa bahasa Rusia, mereka tidak bisa bahasa Inggris. Google Translate pun hadir
membantu, selain bantuan Jafar dari Afganistan yang lebih fasih bahasa Inggris
dibanding yang lain. Entahlah bagaimana ceritanya mereka bisa berada di Moscow,
agaknya masalah bahasa membuat kami memilih topik yang lebih mudah saja,
seperti destinasi wisata.
Kemarin, setelah mendarat dengan selamat di bandara
Sheremetyevo, kami menumpang kereta cepat bandara Aeroexpress hingga ke pusat
kota. Sesampai di kota, kami berjalan sedikit ke stasiun MRT Bellorusky, dari
sana naik MRT menuju stasiun Park Kultury, untuk menuju ke hostel. Saya baru
tahu di sini nama stasiun MRT adalah nama exit. Jadi satu stasiun yang sama
bisa memiliki nama yang berbeda karena dinamai dengan nama pintu keluar
(exit)-nya.
Inilah hal pertama tentang Moscow yang ingin saya ceritakan,
yaitu tentang stasiun-stasiun MRT-nya. Selain perkara pintu exit tadi, MRT
Moscow menurut saya sangat keren, karena mereka memiliki satu jalur yang
melingkar/memutar (jalur coklat) yang tersambung dengan hampir semua jalur yang
lain. Di tengah-tengah jalur coklat ini, atau sama dengan di tengah-tengah kota
Moscow, terletak istana Kremlin.
Ini adalah hal kedua yang ingin saya ceritakan, yang menurut
saya merupakan fakta yang unik tentang kota metropolitan ini. Red Square
(Lapangan Merah) tempat museum Kremlin serta istana Kremlin ini berada persis
di tengah-tengah kota. Pusat kekuasaan ini memang dibangun di sisi sungai
Moskva, yang menjadi asal muasal nama kota Moskva (Moscow), dari sinilah kota
dibangun selama bertahun-tahun, berabad-abad, hingga saat ini menjadi salah
satu metropolitan paling padat dengan jumlah penduduk lebih dari 12 juta.
![]() |
Mall mewah di dalam kompleks Kremlin Moscow |
Kami telah mengunjungi Red Square pada hari pertama kami
tiba. Perjalanan dengan Aeroexpress + MRT + jalan kali, tak terasa sudah pukul
19.00 ketika tiba di hostel. Kami mulai jalan sekitar pukul 20.00, untung hari
masih terang. Kami menyusuri Arbat Street, sepanjang jalan banyak menanyakan
arah kepada orang-orang. Kami berjalan kaki dari hostel hingga Red Square,
lumayan bikin kaki gempor, tetapi sambil jalan sambil foto-foto, jadi tidak
terasa.
Pada hari kedua, kami kembali lagi ke Kremlin, kali ini naik
MRT. Kembali lagi ke hal pertama tadi, pengalaman naik MRT di Moscow memang
sesuatu banget. Jangan sampai kamu tidak mencobanya. Nama-nama stasiun MRT
dengan huruf Rusia, cukup membingungkan, jalur yang berbeda dengan warna yang
berbeda di peta sehingga kita sebaiknya bertanya untuk memastikan kita tidak
salah jalur atau salah arah. Beberapa stasiun MRT juga memukau dengan
kemegahannya, tiang-tiang yang besar serta patung-patung perunggu.
Setelah puas dengan museum Kremlin, kami naik boat menyusuri
Moskva River. Sore ini kami sudah harus bergegas ke stasiun kereta, untuk naik
kereta malam menuju St. Peterburg. Cepat sekali ya harus berpindah kota, namun
jangan khawatir, karena pada hari terakhir kami masih akan kembali ke Moscow,
dan masih punya satu hari untuk menikmati keindahan kota ini.
Which bring us to hal ketiga yang ingin saya ceritakan di
sini, yaitu Pasar Ismaylovo. Di hari terakhir (setelah naik kereta Trans
Siberia selama 4 hari) kami memilih berbelanja di Pasar Ismaylovo yang menjadi
pusat souvenir dan barang antik. Oleh-oleh Rusia yang paling populer, tentu
saja adalah boneka Matrioska, boneka kayu yang digambar gadis cantik dengan
ukuran kecil hingga besar. Ada yang berisi 5, 7, bahkan 12. Selain itu ada juga
tempelan kulkas, kaos, dan lain-lain.
Sebenarnya di Arbat Street (ini jalan yang menarik dan wajib
dikunjungi!) kita juga bisa membeli souvenir, tetapi di Ismaylovo mostly harga
lebih murah dan bisa ditawar. Mereka juga ternyata sudah sangat familiar dengan
pembeli dari Indonesia. Sebagian beragama Islam, dan ketika tahu kami dari
Indonesia, pertanyaan mereka yang pertama adalah “Are you Moslem?”
![]() |
Tulisan di sisi tanda panah itu bacanya: Kremlin Izmaylovo |
Salah satu pedagang itu bernama Abdul Azis. Dia bisa menghitung
dan tawar-menawar dalam bahasa Indonesia. Karena itu tawar-menawar pun rasanya
lebih santai dan bisa sambil bercanda. Azis juga menjual boneka Matrioska
bergambar presiden Jokowi dan presiden-presiden sebelumnya dalam boneka-boneka
yang lebih kecil. Dia memberi alasan mengapa membuat boneka Jokowi, katanya
semua orang Indonesia suka Jokowi, makanya mereka membuat bonekanya. Hmm, dalam
hati kami berkata, iya, mungkin, pada waktu itu. Sekarang, entahlah.
Itulah a glimpse of Moscow, kota metropolitan yang sibuk
tempat berjuta orang yang berbeda-beda mencari nafkah dan mengejar impian. Kota
ini juga kaya dengan sejarah serta tempat-tempat wisata historis. Tempat-tempat
yang kami kunjungi adalah Red Square, Museum Kremlin, Gereja Katedral Basil,
Arbat Street, Moscow River Boat Cruise, dan pasar Ismaylovo.
Di bawah ini saya share biaya-biayanya, barangkali berguna
untuk Anda yang sedang merencanakan perjalanan:
- Aeroexpress train dari bandara ke kota: 470
- Tiket MRT sekali jalan: 50
- Tiket masuk Kremlin: 500
- Tiket masuk gereja Basil: 350
- Boat Cruise Moskva River: 500
- Makan di Glow Sub (semacam Subway): 250
- Hostel: 490
Comments
Post a Comment