Tiga Hal Menarik Ketika Mengunjungi Museum Benteng Heritage Tangerang
Museum Benteng Heritage diresmikan pada tanggal 11 November
2011, tepat delapan tahun yang lalu. Museum yang menyimpan beberapa warisan
budaya Peranakan Tionghoa Tangerang ini berada di dalam Pasar Lama Tangerang.
Cara mengakses museum ini adalah melalui Pasar Lama
Tangerang yang rupanya sekarang telah menjadi salah satu pusat kuliner baru. Di
pintu gerbang masuk tertulis “Kawasan Kuliner Pasar Lama”. Tak jauh dari pintu
gerbang itu, carilah sebuah gang kecil yang menuju kelenteng Boen Tek Bio. Dari
kelenteng belok kanan ke sebuah gang kecil lagi, dan di sanalah lokasi Museum
Benteng Heritage (MBH) yang merupakan sebuah rumah lama yang beralih fungsi
menjadi museum.
Museum ini dikelola oleh swasta dan didirikan oleh Udaya
Halim. Tiket masuk Rp 30,000 sudah termasuk penjelasan dari seorang guide. Beberapa
bagian dari rumah lama yang didirikan pada tahun 1700-an itu masih
dipertahankan, seperti lantai dari terra kota, dinding batu, serta kayu ulin
yang menjadi penyangga. Beberapa lukisan yang dibuat berdasarkan foto dari masa
lalu membawa kita ke jalan-jalan di sekitar Pasar Lama Tangerang pada masa
penjajahan Belanda. Koleksi-koleksi museum yang disertai penjelasan dari guide
juga membawa kita travelling ke abad 15 ketika Laksamana Cheng Ho datang ke
Semarang, dan katanya menuju Palembang, dan melewati Tangerang. Kita juga akan
belajar mengapa orang-orang Tionghoa di Tangerang sering juga disebut Cina
Benteng. Koleksi-koleksi museum seperti timbangan-timbangan, radio, meja
belajar lama, patung-patung dewa Tionghoa, dan sebagainya.
Setidaknya ada tiga hal yang paling menarik buat saya
pribadi, yaitu:
1.
Pintu rumah orang Tionghoa pada zaman dulu, yang
terbuat dari kayu, dan hanya bisa dikunci dari dalam. Pada waktu itu belum
ditemukan kunci dari luar, sehingga rumah tidak boleh kosong. Setidaknya harus
ada satu orang yang jaga rumah untuk membukakan pintu dari dalam. Mereka juga
membuat kunci dari kayu dengan menambahkan unsur rahasia sehingga hanya orang
yang tahu rahasianya yang dapat membuka pintu tersebut. Sayangnya di dalam
museum kita tidak diperbolehkan mengambil foto, sehingga saya tidak bisa
menampilkan foto pintu yang saya maksud. Guide mengunci pintu dengan kedua
palang, dan menyuruh para audience mencoba membukanya. Dan ternyata tidak ada
yang bisa membuka pintu itu. Rupanya ada rahasia tertentu… ada suatu tombol di
dalam yang (seharusnya) hanya diketahui oleh pemilik rumah. Teknologi yang
sederhana namun cukup canggih untuk masa itu.
2.
Masih seputar teknologi. Saya cukup terpesona
melihat sebuah box kecil dari kayu yang dipahat dengan rapi, yang ditempatkan
di sisi sebuah ranjang pengantin di dalam museum. Apakah box ini? Tidak ada
yang bisa menebak. Terlihat seperti kotak harta atau untuk menyimpan sesuatu
yang berharga. Di bawah kotak tersebut juga dipasangkan roda, yang membuatnya
mudah dipindahkan atau digerakkan. Ternyata box itu adalah sebuah toilet
portable. Pada zaman dulu, orang Tionghoa tidak boleh membuat toilet di dalam
rumah. Karena itu mereka membuat toilet portable ini agar tidak repot bila
harus buang air di malam hari. Ketika dibuka, di dalam box itu terdapat bentuk
dudukan toilet (yang dibawahnya diletakkan sebuah pispot) serta di sisinya
terdapat lubang-lubang untuk menaroh botol air. Sebuah design yang sederhana
tetapi menurut saya ini adalah sebuah teknologi yang memudahkan kehidupan
manusia.
3.
Saya juga baru tahu bahwa di setiap kelenteng
selalu ada dua patung singa di depannya. Yang satu adalah jantan, dan satunya
betina. Nah bagaimana membedakannya? Perhatikan pada kakinya. Di bawah kaki
singa yang jantan, terdapat bola dunia. Artinya tugas laki-laki adalah mencari nafkah untuk keluarga. Di bawah kaki singa yang betina, terdapat seekor singa
kecil. Artinya tugas perempuan adalah mengasuh anak. Nah menarik bukan?
Masih banyak hal menarik lainnya yang dapat ditemukan dengan
mengunjungi Museum Benteng Heritage ini. Tidak disangka-sangka, di dalam sebuah
pasar terdapat sebuah museum, yang dikelola dengan cukup professional. Setelah
mengunjungi museum, kita dapat menikmati kulineran di Pasar Lama, serta membeli
oleh-oleh kecap yang terkenal di Tangerang, yaitu kecap SH yang merupakan salah
satu kecap tertua di Tangerang (sejak 1920). Ini bisa menjadi sebuah paket
pengalaman wisata yang menarik.
artikel yang menarik terimakasih
ReplyDeleteTerima kasih atas kunjungan nya
ReplyDeleteMantap sekali gan..ijin share ya..
ReplyDeleteKarimunjawa
Pulau Karimun Jawa
Paket Karimunjawa
Paket Wisata Karimunjawa
Karimunjawa 2020
Hotel Karimunjawa
Liburan Karimunjawa
Paket Karimunjawa
Karimun Jawa dari Jogja
Karimun Jawa dari Bandung