Pagi di Indonesia, Siang di Malaysia, Malam di Thailand
Tanggal 17 Agustus, di saat teman-teman di Jakarta masih pada terlelap di hari yang menyenangkan karena tidak perlu bekerja, gw sudah menemukan diri gw mengantri di depan pintu terminal A bandara Soekarno-Hatta. Jangan kaget, pukul 5 pagi di bandara suasananya sudah sangat heboh. Apalagi long weekend. Mau masuk ke dalam terminalnya saja sudah mengantri. Gw sendiri terpesona dengan pemandangan pagi itu.
Pukul 06.15 kami terbang menuju Medan sesuai dengan rencana. Sekitar jam 9 pagi tiba di bandara Polonia Medan. Dari sana kami diantar untuk mencari tiket ferry untuk menyeberang ke Pulau Penang, Malaysia. Sesampai di salah satu travel agent, sangat terkejutlah kami, karena ternyata hari Jumat tidak ada ferry. Sama sekali tidak ada ferry yang berangkat ke Penang melalui pelabuhan Belawan. Wah, untung tidak langsung straight ke Belawan dari bandara tadi.
Karena masih sulit menerima kenyataan, kami bertanya lagi kepada beberapa travel agent yang tidak jauh dari sana. Bahkan ke agen resmi Pelni segala. Dan memang benar, tidak ada ferry pada hari Senin dan Jumat. Padahal di pamflet-pamflet yang tertempel di dinding travel agent, berbunyi, Setiap hari jam 11.00 Ferry ke Penang. Itu sebabnya teman kami Jolie yang sudah mengecek informasi sebelumnya yakin bahwa setiap hari ada ferry. Ternyata sudah 2 tahun terakhir keadaannya berubah. Hiks.
Plan B yang diputuskan secara mendadak adalah naik pesawat. Ini pasti akan membengkakkan biaya, tapi apa boleh buat, daripada membuang satu hari, harus menginap di Medan. Konyol banget. Kenapa gak berangkatnya hari Sabtu saja gitu lho.
Ketika kami menanyakan tiket pesawat, amat terkejutlah kami, ternyata tidak semudah yang kami bayangkan. Beberapa travel agent tidak mau menjual tiket one-way, karena takut bermasalah di imigrasi. Medan-Penang ternyata adalah jalur hot TKI, sehingga kemungkinan untuk masuknya TKI secara ilegal pun besar, sehingga imigrasinya diperketat. Mulai dari pembelian tiket di airline saja sudah mulai diawasi.
Kami tidak gentar. Masa kita mau dikira TKI? Wah... sayang kami tidak punya apa-apa untuk menunjukkan bukti bahwa kami tidak akan stay di Penang (untuk bekerja ilegal). Tidak punya tiket pulang ke Indonesia, tidak punya tiket untuk trip selanjutnya, tidak bawa buku tabungan yang menjelaskan kekayaan kami, tidak bawa kartu identitas dari kantor, tidak bawa surat keterangan dari kantor seperti yang biasanya dipersyaratkan untuk visa, dll. Hanya bermodal secarik kertas yang menerangkan itenary yang sudah kami planning-kan dalam format excel. Dan dengan passport beberapa dari kami yagn sudah banyak capnya. Hanya dua di antara kami yang belum punya cap apa-apa di passport, dan biasanya itu akan lebih sulit.
Dengan bermodalkan itu kami meyakinkan mulai dari travel agent, petugas airline, sampai petugas imigrasi Indonesia. Akhirnya ketemu satu travel agent yang cerdas, yang mau menjual tiket pada kami. Gile lo, enam tiket... lumayan bok. Travel agent yang lain tidak berani mengambil resiko, karena sering bermasalah. Tapi si agent ini memberikan ide untuk membeli tiket ferry dari Singapore ke batam, setelah melihat itenary kami, bahwa kami akan pulang lewat Singapore. Harga tiket ferry tersebut 95.000, kami pikir ya udah lah kalau pun tidak terpakai, hanya untuk dummy untuk meyakinkan beberapa pintu yang harus kami lalui.
Pucat
Pintu pertama: ketika check in di airline (Lion Air). Ternyata tidak mudah. Kami harus meyakinkan berulang-ulang soal itenary tersebut, lalu petugasnya tidak berani memutuskan sehingga dia harus bertanya ke atasannya dll. Pada waktu menunggu, terus terang saja gw udah pucat. Selain karena tiket pesawat lebih mahal daripada tiket ferry sesuai rencana sebelumnya, kita juga harus membayar fiskal Rp 1.000.000 (Kalau naik ferry hanya setengahnya). Gimana kalau kita gak dikasih masuk oleh imigrasi, semua biaya itu hangus deh.
Syukurlah, kita berhasil diloloskan. Dari airline, trus imigrasi Indonesia, lolos. Next stop adalah imigrasi Malaysia di Penang. Sambil di dalam pesawat dengan lama penerbangan hanya 50 menit itu gw berdoa, mudah-mudahan imigrasi Malaysia gak reseh.
Sesampai di bandara Penang, kami yang terakhir tiba di meja imigrasi. Bukannya apa, biasa cewek-cewek, pake ke toilet dulu begitu turun dari pesawat. Belum lagi pada foto-foto dulu. Ya udah ketika tiba di meja imigrasi, udah gak ada antrian. Ada seorang bapak-bapak yang mengenakan seragam petugas langsung menyamperi kami. “Dari mana?” tanyanya. “Dari Jakarta,” jawab kami.
“Oh, mau naik gunung ya?” tanya bapak yang ramah itu karena melihat penampilan kami dengan ransel-ransel seperti mau naik gunung saja. Hehehe, kami tertawa saja. Lalu kami menceritakan bahwa kami berencana untuk naik kereta dari Butterworth (Penang) ke Bangkok. “Wah hebat,” kata bapak yang baik itu, lalu dia menunjukkan kepada kami agar mengisi Arrival Card dan diantar ke meja imigrasi. Semuanya ternyata sama sekali gak ada masalah tuh. Penang menyambut kami dengan sangat hangat. Rupanya orang Indonesia saja yang nervous menjaga agar bangsanya jangan ilegal di luar negeri kali ya.
Next Destination: Thailand
Dengan berbahagia kami berhamburan keluar dari bandara Penang menuju udara bebas. Setelah bertanya-tanya, kami berjalan menuju halte bus. Setelah menunggu agak lama, kami mulai ditawari taksi, karena naik taksi lebih cepat. Sebab dari sana menuju Butterworth itu harus menyeberangi sebuah selat naik ferry. Kalau naik bus, kita jalannya memutar, lewat jembatan, sehingga agak jauh. Dan macet ternyata. Kalau naik taksi, hanya diantar sampai ke tempat naik ferry, kita nyebrang naik ferry sendiri (which is GRATIS !) dan setelah turun ferry langsung tiba di terminal bus yang bersebelahan dengan stasiun kereta Butterworth.
Hebat kan? Dari Pulau Penang menyeberang ke mainland Malaysia, gratis! Tetapi entah kenapa arah sebaliknya bayar, tetapi tidak banyak. Pada saat di Hongkong angkutan favorit gw adalah Star Ferry yang menyeberang dari Hongkong Island ke Kowloon pp. Tarifnya hanya setara dengan 2.000 rupiah uang kita. Nah ternyata Malaysia lebih hebat lagi. Gratis bok. Untuk perjalanan sekitar 15 menit.
Sayang sekali kami tidak singgah di Penang yang menyambut kami dengan ramah. Well, maybe next time pak. Kali ini kita tidak punya waktu untuk singgah di pulau yang indah ini. Orang-orangnya juga ramah dan baik. Sopir taksi yang mengantar kami dengan ramah bercerita tentang Penang. Tentang kawasan-kawasan yang dihuni orang Indonesia di sana, kebanyakan para pekerja kelang (pabrik).
Tiba di stasiun kereta Butterworth, another surprise menanti. Kereta ke Bangkok sudah berangkat. Beberapa jam yang lalu. Itu berarti kita harus menunggu besok untuk kereta berikutnya.
Gubrak. Langsung pada lesu deh kita, terduduk dengan bingung di kursi yang disediakan di stasiun kecil itu. Sambil mencari-cari pilihan lain. Kereta ke Hat yai (Thailand) pun sudah berangkat juga. Tidak ada lagi kereta ke Thailand. Apakah kita harus menginap di Butterworth?
Sambil menunggu, Jolie yang paling rajin itu jalan-jalan keluar bersama mbak Uchi. Siapa tahu ada jalan keluarnya di luar sana. Gw dan yang lain kelelahan. Mau pipis pun susah karena harus bayar. Kita gak punya uang Ringgit Malaysia pecahan kecil. “Pake rupiah bisa gak pak?” Ya enggakkkkk lahhhh :P
Agak lama kemudian, kembalilah si Jolie dan Uchi dengan sebuah solusi. Naik taksi ke Hat Yai. Biayanya kalau gak salah 250 RM per taksi. Kita memakai 2 taksi. Dari Hat Yai katanya banyak bus yang menuju Bangkok. Ya sudah, setidaknya kita sudah di Thailand by tonight. Begitu pikir kami. We don’t want to be stuck in this Malaysia town we don’t really know about.
Perjalanan ke Hat Yai kira-kira perlu waktu 3,5 jam. Kami berangkat sekitar jam 17.00. Perjalanan ini ternyata sangat menarik dan kami sangat terharu dengan kebaikan sopir taksi kami. Mereka mendapat informasi bahwa bus terakhir dari Hat Yai ke Bangkok itu pukul 20.00. Berarti kami harus ngebut. Soalnya, karena lintas negara, it means kita harus berhenti di border untuk prosedur imigrasi.
Alhasil taksi kita ngebut ala film TAXI --- cool. Sopir taksi gw sambil ngebut sambil marah-marah. ”Kenapa sih kalian pilih program seperti ini. Kalian ini nekat banget tau gak sih. Gimana kalau kamu ketinggalan bus malam ini. Kan repot harus nginap di Hat Yai.”
Lucu deh. Kok dia yang stress. Padahal kita tenang-tenang aja. Kita aja gak tahu jadwal bus. Dia yang ngasih tahu kita dan dia yang membawa kita ke sana dan make sure we can make it on time. Bahkan sopir taksi yang satunya lagi lebih gila. Lampu merah aja dilabrak. Kami benar-benar terkesan dengan kebaikan orang-orang Malaysia dan Thailand ini. Mereka adalah salah satu dari sekian malaikat yang membantu dalam perjalanan kami.
Sewaktu di border aja, mereka yang membantu kami, dengan menunjukkan tempatnya dan menyuruh kami buru-buru dan mempersiapkan uang pas. Tidak ada kesulitan melewati border Malaysia-Thailand ini bila menyisipkan uang 20 THB. Aneh juga ya.
Akhirnya kita tiba di terminal bus tepat waktu. Tidak terlalu tepat actually. Salah satu sopir taksi kami sudah mengontak temannya di terminal agar menunggu kami. Masih ada enam penumpang lagi, lumayan kan. Singkat cerita, kita bisa berangkat ke Bangkok malam itu. Dengan tariff 890 THB, perjalanan 12 jam, kami tiba di Bangkok.
Tanggal 17 Agustus ini adalah salah satu hari yang paling seru dalam hidup kami. Pagi masih di Indonesia, siangnya sudah di Malaysia, dan malam di Thailand. Saking serunya sampai kami tidak sempat makan (yang serius). Hanya ngemil. Dalam perjalanan dengan bus, pukul 02.00 pagi, tiba-tiba kami dibangunkan karena bus berhenti di tempat pemberhentian bus (untuk makan).
Hah? Makan jam 2 pagi? Sahur kali? Tapi itu pas banget dengan gw karena gw laper banget. Tidur gak nyenyak dari tadi di bus. Gw dengan penuh semangat turun dan memesan bubur Thailand favorit gw.
Coming up: One Night in Bangkok
Hei Mei, aku suka banget baca blog yang perjalanan ke Penang, Thailand. Seru dan aku ngebayang dah seruuuuuu abis perjalanan kamu. Aku suka dengan orang2 yang suka travelling begitu modal backpacker (eh kalo Mei kagak kali yee...). AKu pernah ke Bali, 5 hari doang 1 juta doang, naek pesawat dan udah sewa mobil lagi. Seru dah...... Btw kamu bisa kunjungi blogku di http://wahyuhandoko.blogspot.com Btw gw baru tahu juga kalo kamu juga maintain portalhr.com aku suka buka juga kok, karena aku handle HR Consultant..
ReplyDeleteHai Wahyu, terima kasih udah mengunjungi blogku. Aku juga udah liat cerita-cerita perjalanan di blogmu. Wah menarik juga. Hebat juga 1 juta bisa lima hari di Bali sudah termasuk pesawat dan sewa mobil??? Gimana caranya tuh. BTW thanks juga suka buka PortalHR.com. Salam kenal...
ReplyDeleteWahhh asyikkk banget tuh backpacking ke malaysia n thailand. Jadi pengin juga jalan-jalan kesana...
ReplyDeleteHAHAHA.....lucu banget sih Mei, ngakak gue bacanya. Kebayang kalo gue yang ngalamin pasti udah nangis beberapa kali tuh sepanjang perjalanan. Hebat lo Mei, Sagitarius sejati..he..he.. Kapan backpacking ke NY?
ReplyDeleteHaiii Lia... thanks for visiting my blog. Sure.. NY salah satu dalam top wish list gw.. Entah kapan gw akan mewujudkannya. Semoga segera...
ReplyDeleteWah, seru juga nih cerita perjalannya...
ReplyDeleteKami juga backpackers family, hobi travelling. Terima kasih sharing ceritanya.
Rgrds,
-papilukas-
http://papilukas.blogspot.com
Hi, Mei..Salam kenal buat kamu yah..Minggu depan aku dkk rncana mo liburan ke Hochiminh via Kul..Krn sm skali buta akan daerah sana, aku cb cr2 info, kebetulan liat blog km..Thanks yah atas info perjalanannya..ohya aku mau tanya mengenai perjalanan km ke Mue (Rp 700.000) itu untuk biaya perorang atau uda termsk biaya km dkk? perjalanan km slama di hochiminh nya gada yah? Wah, kapan2 blh di info dunk ttg backpacker nya..blh ikutan ga? Thanks yah..
ReplyDelete"Hetty Lim"
Hi Hetty,
ReplyDeleteThanks udah mampir ke sini dan thanks komennya. Yang Muine itu 700 ribu rupiah per orang satu paket tour yang terdiri dari bus PP dari Ho Chi Minh-Mui Ne, menginap di Muine Resort 2 malam, makan, dan tour di Muine.
Tour setengah hari meliputi Fishing Village, White Sand Dunes, Lotus Lake dan Yellow Sand Dunes.
(http://meidays.blogspot.com/2009/10/mui-ne-little-city-full-of-resorts.html)
Tentang Ho Chi Minh City, ini ada sedikit ceritanya: http://meidays.blogspot.com/2009/10/ho-chi-minh-city-motorcycle-republic.html mudah-mudahan membantu.
salam kenal juga, have a great trip!
seruu abiss... pengen segera dapat kerjaanbaru trus jalan2 keluar negri lagi..
ReplyDeletesalam kenal mba..